PEHAGENGSI KEROYOK JAFF 2023



Pehagengsi, supergrup yang kerap memproduksi konten berbentuk audio visual seperti iklan, film, atau web series hadir di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 25 November-2 Desember 2023 di Empire XXI Yogyakarta. Peraih penghargaan kategori film terbaik, ide cerita terbaik, penyunting terbaik, dan sutradara terbaik Festival Film Dokumenter (FFD) Tanah Lado Fest Lampung yang pusat komandonya di Yogyakarta itu mempertebal sekaligus memperjelas tema "Luminescence" yang diusung JAFF 2023.

Sebagaimana yang dikemukakan Ifa Isfansyah, selaku direktur festival, JAFF tahun ini mengedepankan pentingnya perfilman Asia yang memiliki karakteristik tersendiri dan terus memancarkan keindahan ke seluruh dunia. Salah satu landskap keindahan yang sebenarnya sudah mengakar dalam tubuh Pehagengsi lalu berkecambah ke segala arah itu kembali dibabar lewat banyak program yang mengedepankan kolaborasi, ruang berbagi, dan edukasi.

"PEHAGENGSTER X JAFF: COMMUNITY ACTIVITIES JAFF 18 BY PEHAGENGSI adalah ruang pertemuan dan berbagi dengan kontribusi untuk saling mengisi hasil dari kolaborasi antara JAFF 18 dan Pehagengster," terang Rifqi Mansur Maya, jenderal besar Pehagengsi.

“Community Activities JAFF 18 by Pehagengsi” dirancang untuk menghadirkan pengalaman yang berbeda pada sebuah festival film dengan bentuk partisipatif melalui banyak ruang yang mudah diakses semua kalangan. Program ini dirancang Pehagengsi bersama @Musikjogja, Koloni Gigs, Cinemartani, dan Piring Tirbing." Acara dibagi menjadi lima program yang akan berjalan dalam satu waktu 26 November 2023 dari jam tiga sampai sembilan malam di Stage Empire XXI,' sambung pria yang akrab disapa Kiki itu.

Program pertama adalah Sekejap, Mantap! yang mengedepankan workshop menulis film skena lokal bersama Cinemartani, menjual merchandise film atau komunitas sendiri untuk bertahan hidup bareng Tutbek, dan bagaimana memanfaatkan media sebagai alat promosi, jaringan, sekaligus edukasi sepanjang zaman bersama Desta Wasesa @musikjogja. Kelas terbatas, minimal lima pendaftar dengan donasi sebesar Rp18 ribu per orang. Kelas atau workshop berbentuk diskusi kelompok kecil yang akan tersebar di area stage Empire XXI.


Selanjutnya Pehagengstore. Program ini punya empat aktivitas: Lapak Merchandise Komunitas, by invitation/open call dari partisipan JAFF yang ingin menitipkan merch komunitasnya (dikenakan bagi hasil 18% untuk setiap produk yang terjual) dan Live Sablon desain dari Pehagengsi, Forum Komunitas JAFF, Cinemartani, @musikjogja, Koloni Gigs, Piring Tirbing, dan Komik Rukii. Mahar cukup murah, Rp18ribu untuk sekali sablon. Hasil live sablon dari @musikjogja & Komik Rukii akan disalurkan untuk Bioskop Musik Pehagengsi gelaran selanjutnya. Hati-hati ada Premis Promise Lotre bersama mbak Atinaloy sebagai bandarnya. Masih di program yang sama, ada pula screen iklan mandiri dan running text sambat sinema. Di running text ini pengunjung bisa mengeluh sampai mencerca film-film yang sedang tayang di ruang pemutaran. Donasi Rp18 ribu per iklan atau single image yang akan diputar secara bergantian. Terakhir bakal ada temu-arsip-film oleh Piring Tirbing.

Pecah Kuch Kuch Hot Ahey menjadi program ketiga yang harus dimanfaatkan dengan asyik, bijak, dan cermat. Program ini memberi ruang presentasi kecil-kecilan di tempat besar untuk empat proyek komunitas yang berani presentasi. Syaratnya gampang, tinggal mendaftar di meja Pehagengsi (gratis) lalu menyiapkan 18 slide dengan durasi 18 detik per halaman. Presentasi ditayangkan di layar megatron panggung JAFF.

Keempat, Screening Film dan Diskusi. Film yang ditayangkan lalu didiskusikan adalah "Rekam Skena 2: Banyumasan" dari Kolektif Pancaroba, Kolektif Barokah, Kolektif Hellofriend, dan Farobi Faktkhurridho dipandu DJ Ati Kaya Kuwe dari Cinemartani. Omnibus dokumenter pendek musik oleh dan tentang kolektif atau skena di Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto, dan Cilacap. Film ini merupakan bagian dari Cherrypop Festival 2023. Terakhir diputar pada perayaan ulang tahun Lokananta Oktober 2023 lalu.
Film selanjutnya adalah "YK 48" yang diarahkan Riezky Andhika Pradana (Kiki Pea). Film dokumenter tentang selayang pandang sejarah sinema di Yogyakarta. Film YK 48 menghadirkan sineas seperti Hanung Bramantyo, Azwar AN, Fajar Suharno, PUSKAT, Darwin Nugraha, Ifa Isfansyah, Ismail Basbeth, Eddie Cahyono, M. Aprisiyanto, Yosep Anggi Noen, B.W. Purbanegara, D.S Nugraheni, Garin Nugroho, Dyna Herlina S, Adrian Jonathan Pasaribu, Fajar Nugros, dan Wregas Bhanuteja. Pemutaran dan diskusi ini akan dipandu oleh Nisa R.A

Terakhir, program Aduh Siaran! Karo Aku Kara Ok. Pengunjung diajak bernyanyi bersama soundtrack film indonesia via Youtube. Karaoke akan dipandu langsung oleh Bapak Forkom Indonesia, the one and only; Arief Akhmad Yani a.k.a mas Yani dan Andreas “Balung” Zamzammi yang akan cosplay menjadi Angga Dwimas Sasongko. Gia Buldozer, dengan suara paling sopan, akan masuk dalam kegilaan itu. 

"Sampai berjumpa dengan Pehagengsi di JAFF 18. Semoga pulang dari sana dapat banyak hal, dari teman, pacar, dan ilmu pengetahuan agar memicu kawan-kawan untuk membuat sesuatu sehingga tua nanti kita semua tidak tergolek tanpa daya, tuna karya," tandas Kiki.

PROFIL PENGISI ACARA
Hardiwan Prayoga & Yulius Manajati (Cinemartani). Kadang lucu, kadang nyebelin, sering gugur di tengah war tiket JAFF, tapi yg jelas keduanya adalah pegiat komunitas film Cinemartani yg kadang sok tau dan fafifu soal riset dan arsip film.

Desta Wasesa adalah founder instagram media @musikjogja, penulis, script witer, jurnalis, pengelola web literasi nyalanya.com—yang sedang tabah berjuang menjadi musisi serta keluar dari jurang kesendirian.

An open space merchandise studio dengan fokus produksi totebag untuk musisi dan aktivitas seni.

Koloni Gigs adalah media alternatif penyebar kabar event musik, gigs, konser, hingga festival terdekat melalui instagram dan X, kadang juga memuat berita rilisan musik terbaru melalui website kolonigigs.net dan menyiarkan sambil memutar lagu-lagu kesukaan di kanal radio online : koloni radio

Piring Tirbing, kolektif sinema dan rumah produksi sejak tahun 2016. Berbasis di Yogyakarta sebagai tempat berkarya dan berkegiatan, berfokus pada lingkup penciptaan, pengkajian dan pengembangan karya berbagai medium dan jenis. Melalui konsep gotong royong, berusaha menciptakan kultur keberagaman dan menciptakan karya berciri khas, berkualitas bagus, dan anti-klise.

ATINALOY a.k.a Yolanita Varensia | IG: https://www.instagram.com/atinaloy/ 
Lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang karirnya mulus di industri kreatif. Pernah bekerja di Studio Antelope sebagai creative writer dan saat ini bekerja sebagai team manager salah satu food vlogger Yogyakarta. Kesukaannya dalam penulisan skenario dan konten terpenuhi dengan aktivitasnya sebagai penulis lepas sekaligus video specialist yang mengerjakan web series serta konten sosial media sejumlah perusahaan di Indonesia.

SHORT MOVIE:  MARS (Do Not Pee Randomly) - Writer & Ass. Director | Penyelamat Dunia - Director & Writer | Dunia Laut - Script Continuity | Cerita Tentang Jendela - Writer
SERIES: Prince Darling (Djarum Foundation) - Writer | Hello? (Snack Video) - Writer
BRANDED CONTENT: Jasa Marga | SIG (Semen Indonesia) | Ombudsman RI | Dynamix | Kominfo | Semen Gresik | Bank Sinarmas | Bank Mandiri
SCREENING: Kamisinema | Klub DIY Menonton | Sewon Screening

Rukii Naraya, seorang seniman, desainer grafis, penulis, dan fotografer asal Yogyakarta. Dia mendirikan majalah independen Fur Magazine.

DJ Ati Kaya Kuwe a.k.a Yulius Manajati | IG: https://www.instagram.com/seliusan/ 
Yulius Manajati, seorang praktisi dan akademisi yang membuat film dokumenter sejak SMP. Lanjut belajar bikin film bermodal workshop film saat SMA di daerah Purwokerto. Dari sana berhasil bikin film fiksi pertamanya Makin menekuni film saat kuliah di Yogyakarta bareng komunitas film kampus lalu tambah serius ketika dapat kesempatan menjadi finalis LA Indiemovie 2008. Saat ini ia kerap ditodong menjadi pemateri di workshop film, mengajar di sejumlah kampus komunikasi swasta di Yogyakarta sekaligus mempertebal predikat sebagi praktisi film komersil maupun non-komersil–dari jadi crew hingga cuma masuk di credit bagian thanks to yang satu baris dengan Tuhan YME. Kini, bersama para teman-teman ideologisnya mendirikan sebuah komunitas riset dan arsip film bernama Cinemartani sebagai bentuk kesadaran diri jika perjalanan dan capaiannya akan film masih panjang.

Nisa R.A adalah seorang seniman multidisiplin yang berfokus pada isu-isu perempuan dan kesenjangan antar-generasi. Ia menghasilkan karya seni dalam berbagai media, termasuk seni visual, fotografi, dan film. Saat ini, Nisa tengah mengejar gelar magister dalam studi budaya di Universitas Sanata Dharma, dengan penelitian yang difokuskan pada tubuh perempuan Aceh. Ia telah menyelesaikan gelar sarjana dalam bidang Film dan Televisi di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Selain itu, Nisa juga aktif dalam Production House Mentang Cinema dan telah memamerkan karyanya di berbagai tempat, termasuk Objectifs Gallery di Singapura, LASALLE College of the Arts, Institut Prancis Yogyakarta, serta Museum Tembi.

Full time illustrator, part time drummer, dan Pokemon trainer. Selain head creative, design & illustrator di Digitama, Inavoice, dll, pria yang akrab disapa Balung ini hobi menggarap poster, cover artwork beberapa band indie di Yogyakarta dll, dan beberapa project lainnya seperti merch Shaggydog X Distrik Asumsi. Balung juga berkecimpung di dunia musik sebagai drummer band Jalan Batas Kota yang akan segera rilis album awal tahun 2024.

Dalatina Peloggia Gustianingsih A.K.A. Gia Buldozerrr adalah penyiar, penari, pengajar, dan fasilitator. Suka ngomong, suka cerita. Dah gitu aja, pokoke multitalenta.

Bapak komunitas film nusantara Indonesia dan pendiri Indonesia Film Community Network (IFCN)

No comments:

Powered by Blogger.