APAKAH MENIQAH LALU BERKELUARGA ADALAH PUNCAK DARI KISAH ASMARA? - OLEH ANNISA RACHMATIKA
Apakah meniqah lalu berkeluarga adalah puncak dari kisah asmara? Seperti Apa yang dipikirkan dari seorang yang memutuskan untuk meniqah lalu berkeluarga? Apa yang dicari? Apakah meniqah dan berkeluarga adalah sebuah metode? Atau apa? Lalu dimana letak cinta (alah utopis) di sebuah pernikahan dan hubungan kekeluargaan?
-
Paling tidak, beberapa pertanyaan yang berhamburan di kepala ini terjawab lewat film Rumah Bitha karya mbak Hindra
-
Rumah Bitha jadi film sentimentil yang bicara soal bentuk relasi manusia dalam konstruksi keluarga. Meniqah dan berkeluarga bukan soal puncak dari cinta (paan sih ni) atau laku kasmaran (ya Allah). Ini lebih dari itu
-
Puncak dari asmara bagiku ya cuman penerimaan. Baik pada diri sendiri atau manusia lain (biasa disebut pasangan)
-
Dalam relasi keluarga, manusia sulit membatasi hak hak privatnya. Mereka kadang terjerat tatanan sosial yang mengharuskan pasangan atau diri sendiri selaras dengan society. Padahal ya belum tentu cocok. (Society emang gitu, maka kita harus benar benar sadar). Jelasnya, tidak ada rumusan keluarga itu harus bagaimana atau seperti apa. Ya kira kira begini kesan setelah mengikuti laku ibu dan bapak Bitha. Trimakasih Rumah Bitha-nya mbak Hindra & Pehagengsi. Makasi juga Sineroom Semoga aku dapet hadiah
-
Yok berkeluarga dan Vuck society!
-
Arsip foto : Sineroom
Posting asli dari akun Instagram @annisa.rachmatika: https://www.instagram.com/p/B9nbDRAgd0Y/
Lebih jauh tentang Rumah Bitha: https://www.pehagengsi.com/2020/03/rumah-bitha.html
No comments: